....
....
Pertanyaan pertama : Enak nggak ya tahu itu..??? heee
Ndak usah dijawablah, disave aja di RAM eksternal....
....
Tahu kan tentang Biji keledai.. ehh kedelai...????
....
Itu bahan dasar pembuatan “tahu” (yg jelas bukan dari Grey
atau Polinosik tentunya....hee)
Pertama....
Biji keledai ehh kedelai Direndam di air (jangan pakai air
raksa yaa...), trus di giling dech atau
diblander atau dibebek (agar menjadi lembut)... kmd digodhok (direbus gitu...)
dengan dicampur air... sampai mendidih, kmd di saring agar terpisah sari
kedelai dan ampasnya (biasanya kalo sari kedelainya untuk membuat “SuLe” alias
Susu Keledai.. ehhh.. Kedelai gitu; tapi kalo Ampasnya tadi untuk mpan (pakan) sapi, tp kadang jg
digunakan membuat gorengan bongkrek;.... bongkrek..???? hemmm??)..
Setelah sari kedelai sudah siap kmd dicampur dengan air asam,
tujuannya agar hasilnya dapat mjd lebih madet.... terus kmd air tersebut di
masukkan dalam cetakan dan dipress (air yang keluar –setelah dicampur air asam
dan dipress- tadi kalo didiamkan selama 2-3 hari akan menimbulkan serangan
udara yang tak karuan memaksa orang utk pegang hidungnya masing2...heee.. lebih
dahsyat dari pada serangan feses manusia maupun hewan... hhiii hmmm); dan anehnya..... masih banyak
orang membuang air tersebut ke sungai/peceren (atau ceperen) shg menyebabkan
lingkungan yang tidak sehat... gitu lho...
Tapi ajaibnya, air tadi –setelah dicampur air asam dan
dipress- itu bisa diolah dalam mesin tabung shg menjadi gas yang bermanfaat dan
bermartabat (tidak dibuang begitu saja..heee)...., tidak sedikit orang yang telah
memanfaatkan gas tersebut untuk kebutuhan sehari-hari (seperti memasak sayur
lodeh tahu, menggodhog banyu.. sampai membuat sumur pete jengkol, “hemmm
uenaak...”).
.....
.....
Dan tunggu cetakan tahu sampai “madhet” kmd dipotong2 sesuai
ukuran....
Naaahh itu baru siap disantabb....
Selamat Menikmati....
.....
Kiranya begitulah prosesi Tahu agar bisa kita nikmati sambil
nonton “Dunia Terbalik” bersama keluarga dirumah...
Gitu aja yaachh...
Maturnuwun dan terimakasih...
(Maaf bahasanya masih anak kampung...
layaknya “Sayur Lodeh” Kalo ndak campur nggak sedep dech..)
heee
(Bojong, 17 Oktober 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar